Jose Mourinho kembali melancarkan serangan terhadap rivalnya, Arsene Wenger. Kali ini kritiknya diungkapkan setelah timnya ditahan 1-1 di Stadion Old Trafford, Sabtu, 19 November 2016.
Ia menilai harapan dan tuntutan atas dirinya dirasa lebih besar ketimbang atas pelatih Arsenal itu. ”Manajer Arsenal itu belum memenangi sebuah gelar dalam 14 tahun. Saya belum memenangi kejuaraan dalam 18 bulan,” kata Mourinho, sebagaimana dikutip Mirror. “Dia, dalam 14 tahun, gagal membangun tim untuk menjadi juara.”
”Saya ada di Manchester United baru empat bulan, dan yang dituntut cuma saya. Yang lain tidak,” Mourinho menambahkan.
Manajer MU itu tampaknya salah data. Wenger terakhir kali memenangi Liga Primer pada 2004—12 tahun lalu. Setelah itu, pelatih asal Prancis ini memenangi tiga Piala FA. Bagaimanapun, Mourinho memang punya pencapaian lebih besar—sejak 2004 dia memenangi 3 gelar di Chelsea, 2 di Inter Milan, dengan gelar Liga Champions, serta gelar Liga Spanyol dengan Real Madrid.
Prestasi itulah yang, menurut Mourinho, membuatnya dituntut lebih. “Karena begitu masuk klub, saya langsung membawa tim itu menjadi juara,” kata dia.
Mou dan Wenger adu fisik
Hikayat perseteruan Wenger dan Mourinho sudah merentang jauh. Bahkan keduanya pernah terlibat adu fisik di pinggir lapangan, yakni di Stadion Stamford Bridge, 5 Oktober 2014, saat Mourinho masih menjadi Manajer Chelsea. Dalam pertandingan yang dimenangi Chelsea 2-0 itu, Wenger sempat mendorong Mourinho.
Seorang wartawan, Rob Beasley, mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi saat itu lewat buku Jose Mourinho: Up Close and Personal, yang terbit September lalu. Beasley adalah wartawan yang dikenal dekat dengan Mourinho.
Dalam buku itu diceritakan, Beasley bertanya kepada Mourinho apa yang terjadi dalam insiden itu. Manajer asal Portugal tersebut kemudian mengungkapkan: “Dia meminta wasit memberi kartu merah dan menekan salah satu wasit di area teknikalku. Aku bilang kepadanya agar kembali ke areanya. Dia malah mendorongku.”
Mourinho kemudian berkata kepada Wenger, “Sekarang kamu melakukan itu. Kamu tahu aku tidak bisa membalas, tapi aku akan menemukanmu di jalan suatu hari.”
Beasley merasa Mourinho tidak serius tentang rencananya berkelahi di jalan itu, sehingga ia tidak menulis kalimat tersebut. “Saya bilang kepada Mourinho bahwa ini akan menjadi cerita bagus, tapi lebih baik tidak ditulis,” ujarnya.
Mourinho pun setuju. “Ya, ya. Dia ada di situasi sulit berkaitan dengan citra bersihnya. Namun, jika saat itu aku yang mendorongnya, aku akan dihukum media dan FA (asosiasi sepak bola Inggris),” tuturnya.
Perseteruan panas sebelumnya dan kalimat “spesialis gagal”
Mourinho dan Wenger memang seperti Tom dan Jerry, kucing dan tikus yang tak pernah akur. Rivalitas keduanya pun terjaga. Tak hanya di atas rumput, tapi juga di pinggir lapangan. Tak hanya ogah salaman, keduanya juga adu mulut. Bahkan setelah itu, saat konferensi pers, saling serang terdengar di sana.
Perang kata-kata itu sebenarnya dimulai oleh Wenger, yang pada 2005 menyerang Chelsea, yang saat itu dilatih Mourinho dan hanya punya satu pemain Inggris, John Terry. “Tak ada yang istimewa dari Chelsea. Mereka hanya bisa menghasilkan satu pemain Inggris,” katanya.
Setelah itu, saling ledek seperti berbalas pantun. Hingga akhirnya, satu kalimat yang paling menyebalkan buat Wenger keluar dari mulut Mourinho. Dia menyebut Wenger sebagai pelatih “spesialis gagal”. Ibarat pukulan hook, terjangan Mou ini tepat di rahang Wenger. Telak, memang.
Sejak 2004, Arsenal belum pernah menjadi juara Liga Primer. Bukan itu saja. Berhadapan dengan Mou, Wenger lebih banyak kalah. Dari 15 laga yang dijalaninya, Arsenal hanya sekali menang. Itu pun dalam laga Community Shield pada 2015—yakni laga pembuka kompetisi—yang gengsinya kurang legit.
Dibenci Mourinho, Apa Reaksi Wenger?
Jose Mourinho sangat membenci Arsene Wenger, bahkan berkata pernah ingin menghancurkan wajah pelatih asal Prancis itu. Hal tersebut terungkap dalam buku Jose Mourinho: Up Close and Personal karya Robert Beasley, wartawan yang dikenal dekat dengan Mourinho.
Dalam buku itu diungkapkan berbagai cerita di balik insiden yang melibatkan Mourinho dan Wenger, ketika Mourinho masih menangani Chelsea.
Lalu, bagaimana Wenger menyikapi buku tersebut? “Saya belum baca bukunya dan jelas tidak akan membacanya. Jadi saya tidak bisa berkomentar,” katanya, September lalu, saat buku itu baru terbit. “Saya hanya bicara tentang sepak bola dan itulah yang akan saya lakukan. Saya tidak sedang dalam mode untuk merusak. Saya tidak pernah berusaha merusak. Saya lebih suka membangun. Jadi saya tidak akan berkomentar.”
“Saya menghormati semua orang dalam olahraga ini,” ujar Wenger lagi. “Saya juga tidak merasa sering mengomentari tim lain. Terkadang, saya hanya mengatakan apa yang saya pikirkan karena memang begitulah saya. Saya hanya berfokus melakukan tugas saya dan menghormati semua orang. Saya akan membuat buku suatu hari, tapi saat ini belum siap.”