oleh

Alasan FC Internazionale Harus Gaet Diego Simeone

infomixbola.com – Tiket Liga Champions musim depan dipastikan lepas dari jangkauan Inter, sudah saatnya mencari pelatih baru untuk musim depan?

Ambisi FC Internazionale untuk menyabet Scudetto setelah tampil istimewa di paruh pertama Serie A Italia 2015/16 harus sirna dengan performa yang merosot tajam sejak pergantian tahun baru.

Skuat asuhan Roberto Mancini gagal mempertahankan pertahanan grendel yang diperlihatkan pada awal musim dengan meraih 12 clean sheet dalam 20 laga dan hanya kemasukan 11 kali. Tetapi, setelah itu, performa Inter semakin menukik dan sudah kemasukan 11 kali dalam tujuh pertandingan berikutnya, plus hanya memetik satu kemenangan.

Alhasil, target Inter musim ini untuk meraih tiket Liga Champions musim depan akhirnya pupus setelah La Beneamata tumbang di markas Lazio dengan skor 2-0 akhir pekan kemarin.

Meski demikian, presiden Inter, Erick Thohir sebelumnya telah menegaskan bahwa klubnya akan tetap mendukung penuh sang pelatih, bahkan meski Inter hanya mengamankan tiket ke Liga Europa.

“Kontraknya berjalan hingga 2017, saya tak berpikir kami akan membicarakan tentang itu sekarang. Saya pikir ia akan bertahan,” tutur Thohir kepada media pada Maret silam. “Kami punya rencana lima tahun. Kami membidik Liga Champions, tapi jika gagal maka kami akan fokus ke Liga Europa.”

Demikian juga dengan wakil presiden Javier Zanetti pada awal April silam. “Kami percaya total kepada Mancini,” serunya kepada Mediaset.

Bagaimanapun juga, kepercayaan itu diyakini sedikit goyah dengan kekalahan pekan lalu dan juga dengan pernyataan Diego Simeone yang terang- terangan ingin kembali ke Giuseppe Meazza untuk kembali ke Inter.

“Saya tidak takut mengtakan ini, komunikasi dengan Zanetti sudah dijalin,” ujarnya seperti dilansir Tuttomercatoweb. “Satu hari nanti saya akan kembali ke Inter. Di sana saya punya kenangan indah sebagai pemain dan punya tujuan kembali sebagai pelatih.”

Dengan kans yang cukup lebar tersebut, berikut alasan, mengapa Nerazzurri harus menyambut keinginan pelatih asal Argentina tersebut.

INTERISTA SEJATI

diego-simeone-inter-uefa-cup_1jbll7vnc7g781fandcf87q7fc

Simeone tentu sudah tidak asing bagi Inter dan fans Inter juga tidak asing dengan sosok tersebut. Ia memperkuat klub selama dua musim pada 1997 sampai 1999 dengan mengoleksi 85 caps di semua ajang dan mencatatkan 14 gol. Ia juga mempersembahkan gelar prestisius Piala UEFA pada musim debutnya di Giuseppe Meazza.

Meski Lazio menjadi tim yang paling sering ia bela (empat musim) di Italia dan juga mendapatkan lebih banyak trofi. Simeone tetap tidak bisa melupakan Inter, selain seperti yang diungkapkan sebelumnya oleh Simeone sendiri, anaknya juga mempertega kecintaan pelatih asal Argentina itu terhadap klub Biru Hitam.

“Ayah saya bisa saja kembali ke Italia, menuju Inter. Klub yang masih memiliki tempat di hatinya dan juga dicintainya,” ujar Giovanni Simeone.

.

GAYA PERMAINAN

lionel-messi-diego-godin-fc-barcelona-atletico-madrid-17052015_1u8clvt9fdcv113wnuwme7hp6o

Internazionale sudah lama menjadi simbol Catenaccio setelah pelatih Helenio Herrera membawa klub merajai Eropa pada tahun 1960-an dengan gaya bermain defensif-nya. Mereka sukses meraih tiga gelar Serie A, dua Piala Eropa dan dua Piala Interkontinental sehingga mendapatkan sebutan sebagai ‘La Grande Inter’.

Setelah itu, era ke-emasan Inter dilanjutkan oleh Jose Mourinho, yang juga dikenal dengan taktik pragmatisnya. Pelatih asal Portugal itu mengantar Nerazzurri menjadi satu-satunya klub Italia yang meraih Treble Winners pada 2010 usai menyabet trofi Serie A, Coppa Italia dan juga Liga Champions.

Seperti kedua sosok itu, Simeone juga memiliki gaya sepakbola yang pragmatis, ia menyukai para bek menerapkan pertahanan dengan rapi dan tidak lupa menginstruksikan pemainnya (baik bek hingga striker) untuk berkontribusi pada pertahanan dengan pressing ketat untuk mencegah lawan menciptakan peluang mencetak gol dan memaksimalkan serangan balik secepat mungkin usai mendapatkan bola.

“Anda melihatnya dengan cara yang sedikit keliru, karena sebetulnya tidak ada lini belakang. Semua orang di Atletico punya kewajiban bertahan di mulai dari striker,” jelas Simeone. “Kekuatan terbesar kami adalah mampu meyakinkan seluruh tim; cara terbaik menyerang adalah dengan bertahan.”

Tetapi, Simeone juga tidak canggung menerapkan permainan agresif, terutama ketika menghadapi tim kecil yang biasanya bermain sangat defensif ketika berhadapan dengan tim besar, seperti yang ia tampilkan kala membawa Atletico menghajar Real Betis 5-1 awal April silam dan juga melibas Granada tiga gol tanpa balas beberapa pekan setelahnya.

Taktik yang dipakai Simeone terbukti ampuh dengan membawa Atletico mematahkan dominasi dua raksasa di Liga Spanyol, yaitu Barcelona dan Real Madrid, dengan menyabet gelar juara La Liga (2013/14) dan Copa del Rey (2012/13). Itu merupakan hal yang sangat sulit, bahkan mungkin lebih sulit daripada saat menyabet trofi Liga Europa pada 2011/12.

Untuk mengembalikan masa ke-emasan Inter dan juga mematahkan dominasi Juventus dalam lima tahun beruntun di Serie A Italia, Simeone tentu menjadi sosok yang paling tepat.

PEMIKAT PEMAIN BINTANG
VALENCIA, SPAIN - MARCH 06:  Filipe Luis of Atletico de Madrid runs with the ball during the La Liga match between Valencia CF and Atletico de Madrid at Estadi de Mestalla on March 06, 2016 in Valencia, Spain.  (Photo by Manuel Queimadelos Alonso/Getty Images)
VALENCIA, SPAIN – MARCH 06: Filipe Luis of Atletico de Madrid runs with the ball during the La Liga match between Valencia CF and Atletico de Madrid at Estadi de Mestalla on March 06, 2016 in Valencia, Spain. (Photo by Manuel Queimadelos Alonso/Getty Images)

Kedatangan Simeone sebagai seorang pelatih di Giuseppe Meazza akan memberi daya tawar yang lebih tinggi di bursa transfer, terutama untuk memikat para mantan pemainnya.

Miranda akan menjadi eks pemain Atletico Madrid pertama yang ia temui setelah bek asal Brasil itu hengkang ke Meazza pada musim panas kemarin. Dan Simeone tentu akan berusaha menarik beberapa mantan pemain andalannya di Vicente Calderon untuk bergabung ke Inter.

Dilihat dari kebutuhan tim, Filipe Luis bisa menjadi prioritas utama mengingat Inter masih kesulitan mendatangkan bek sayap yang berkualitas meski telah mendatangkan banyak pemain, salah satunya adalah pemain Barcelona Montoya yang akhirnya kembali dilepas. Kemudian, Gabi atau Koke bisa menjadi solusi dari buntunya kreativitas dari lini tengah.

Jika, Simeone gagal mendatangkan mantan anak asuhnya di Atletico Madrid, ia tidak perlu berkecil hati karena tentu banyak pemain bintang dari klub lain yang ingin mendapatkan polesan emasnya, yang sudah banyak mengorbitkan bintang baru seperti Diego Costa, Koke, Thibaut Courtois hingga Saul Niguez yang menjadi sorotan baru-baru ini usai mencetak gol tunggal kemenangan tim atas Bayern Munich di leg pertama semi-final Liga Champions.

GURU YANG ANDAL
MADRID, SPAIN - APRIL 27:  Saul Niguez of Atletico Madrid takes on Juan Bernat, Thiago Alcantara and Xabi Alonso of Bayern Munich during the UEFA Champions League semi final first leg match between Club Atletico de Madrid and FC Bayern Muenchen at Vincente Calderon on April 27, 2016 in Madrid, Spain.  (Photo by Alexander Hassenstein/Bongarts/Getty Images)
MADRID, SPAIN – APRIL 27: Saul Niguez of Atletico Madrid takes on Juan Bernat, Thiago Alcantara and Xabi Alonso of Bayern Munich during the UEFA Champions League semi final first leg match between Club Atletico de Madrid and FC Bayern Muenchen at Vincente Calderon on April 27, 2016 in Madrid, Spain. (Photo by Alexander Hassenstein/Bongarts/Getty Images)

Roberto Mancini tampak memiliki kekurangan dalam hal ini tetapi berbeda dengan Simeone yang seperti sudah disebutkan sebelumnya, mempunyai tangan emas yang mampu mengubah pemain muda menjadi bintang.

Bukti paling konkrit dapat dilihat dengan menjadikan Atletico sebagai salah satu raksasa meski memiliki dana yang lebih terbatas dibanding para pesaingnya, ia harus memaksimalkan pemain dari akademi, dan hasilnya luar biasa, Koke dan Saul Niguez kini menjadi pemain andalan di klub.

Internazionale juga bisa dibilang memiliki salah satu akademi terbaik di Italia. Mereka telah menorehkan tujuh gelar Scudetto dengan yang musim 2011/12 menjadi tahun terakhir kesuksesan mereka dan juga menjadi juara Next Gen Series yang diikuti oleh tim-tim akademi terbaik Eropa pada 2011, dan yang terbaru, mereka sukses menyabet gelar juara Coppa Italia musim ini.

Pemain akademi yang telah mendapatkan kesempatan bermain kasta tertinggi sepakbola Italia bersama skuat senior pada musim ini adalah Assane Gnoukouri dan Rey Manaj. Dengan dana ketat yang dimiliki Inter saat ini, presiden Erick Thohir pasti juga berharap klubnya lebih mampu memaksimalkan potensi besar di tim akademi sendiri.

“Inter memiliki salah satu akademi terbaik di Italia, bahkan di Eropa. Saya ingin agar akademi itu menjadi yang terbaik di dunia,” ujar Thohir kepada Sky Italia. “Kami bisa memiliki beberapa superstar, namun kami tidak bisa memiliki semuanya. Dengan sebuah kombinasi antara superstar dan para pemain muda, maka Anda selalu akan memiliki sebuah tim yang bagus.”

JOSE MOURINHO 2.0
MADRID, SPAIN - MAY 17:  Head coach Jose Mourinho (L) of Real Madrid greets Head coach Diego Simeone of Atletico de Madrid before the start of the Copa del Rey Final between Real Madrid CF and Club Atletico de Madrid at Estadio Santiago Bernabeu on May 17, 2013 in Madrid, Spain.  (Photo by Denis Doyle/Getty Images)
MADRID, SPAIN – MAY 17: Head coach Jose Mourinho (L) of Real Madrid greets Head coach Diego Simeone of Atletico de Madrid before the start of the Copa del Rey Final between Real Madrid CF and Club Atletico de Madrid at Estadio Santiago Bernabeu on May 17, 2013 in Madrid, Spain. (Photo by Denis Doyle/Getty Images)

Jika membandingkan Simeone dengan Mourinho, maka keduanya tidak hanya mirip dalam hal teknis lapangan hijau, secara karakter mereka juga identik!

Pertama, tentu karakter pemenang yang dimiliki keduanya, Mourinho selalu identik dengan trofi juara di setiap klub yang ia tangani, dan Simeone juga membuktikan bahwa ia seorang pemenang meski berada di dalam situasi sulit dengan rival raksasa seperti Real Madrid dan Barcelona di Spanyol.

Kemudian, gaya meledak-ledak di pinggir lapangan yang juga dimiliki oleh Simeone. Pemain asal Argentina itu bahkan membuat salah satu stafnya melempar bola ke dalam lapangan untuk mengganggu serangan balik lawan, hal tersebut cukup menunjukkan bahwa karakternya telah mempengaruhi orang-orang sekitar dia untuk berbuat nekat, meski akhirnya Simeone yang dinilai bertanggung jawab atas insiden itu dan dijatuhi sanksi tiga laga.

Terakhir, ia juga tidak malu-malu memanfaatkan media untuk memberi motivasi kepada pemain, mengeluarkan humor hingga mengganggu musuh, berikut beberapa contoh kutipan dari Simeone.

“Saya meminta maaf karena saya mentertawakan komentar (Cristiano) Ronaldo dan (Sergio ) Ramos setelah El Clasico…Neymar benar-benar aktor sejati.”

“Anggota klub baik yang menjadi pelapis di bangku cadangan atau di tribun, semuanya penting seperti pemain starter. Gelar juara tidak dimenangkan oleh 11 pemain. Seluruh tim memenangkannya.”

Dengan kemiripan karakter dan gaya main, namun memiliki kelebihan dalam mengelola pemain muda, Simeone bisa dipandang sebagai Mourinho di level berikutnya.

News Feed