Sepak bola dewasa ini memang mulai berubah. Banyak klub yang memilih jalan instan untuk meraih kesuksesan di liga domestik atau Eropa.
Misalnya saja Manchester United. Mereka mulai mengubah tradisi klub yang biasanya memercayakan pemain muda. Deretan nama-nama Paul Scholes, Ryan Giggs, Nicky Butt, hingga David Beckham, tampaknya tak lagi bisa diciptakan Red Devils.
Memang ada nama Marcus Rashford, tapi dalam beberapa musim terakhir, tak bisa terelakkan kalau MU mulai rajin belanja pemain sepak bola baru.
Paul Pogba jadi contoh yang sering dibahas. Pemain Prancis itu memang lulusan akademi MU, tapi disia-siakan dan malah jadi lumbung uang bagi Juventus yang kecipratan 90 juta euro hasil penjualannya kembali.
Akan tetapi, kondisi itu tak dilakukan oleh beberapa klub di bawah ini. Mereka bahkan terbukti sukses merangsek ke papan atas meski dengan pemain muda.
Siapa saja klub sepak bola dengan skuat muda fantastis? Berikut daftarnya.
5. Borussia Dortmund
Setelah memenangi dua gelar Bundesliga berturut-turut sebelum dominasi Bayern Munchen, Borussia Dortmund telah gagal membangun kembali sebagai kekuatan yang harus diperhitungkan, baik di Jerman maupun Eropa. Tiga kegagalan berturut-turut di DFB-Pokal juga tidak membantu.
Bayern Muenchen juga berkali-kali mencuri pemain terbaiknya. Meskipun tidak mungkin menyalahkan Mats Hummels karena memilih pulang kampung, Die Borussen juga harus rela melihat Henrikh Mkhitaryan pindah ke Manchester United setelah musim terbaiknya di Dortmund dengan 11 gol dan 15 assist di liga.
Akan tetapi, Thomas Tuchel telah membangun kembali kekuatannya di masa depan. Dia diam-diam mendatangkan sejumlah pemain skuat mudanya, seperti, Ousmane Dembele (19) dan Raphael Guerreiro (23) dari Ligue 1. Penandatanganan Marc Bartra (26) dalam pertahanan dan Andre Schurrle (26) pada sisi serangan juga menambahkan beberapa pengalaman ke skuat.
Dembele adalah salah satu wonderkid paling menarik di Eropa musim ini dan sudah memiliki 11 assist, tertinggi kedua di Bundesliga. Dia didukung oleh Julian Weigl (21) di lini tengah, yang akurasi lulusnya hampir 90 persen, dan pemain ajaib Amerika, Christian Pulisic (18), yang memiliki tiga gol dan enam assist di liga. Jangan lupakan Emre Mor (19) di sayap.
Matthias Ginter (23) dan Guerreiro juga tampil di lini pertahanan dan lini tengah. Masa depan terlihat bagus di Westfalenstadion dengan Mahmoud Dahoud (21) tiba di klub dan Alexander Isak (17) bersiap untuk memainkan lebih banyak sepak bola tim pertama di bawah Tuchel musim depan.
4. OGC Nice
Sudah puluhan tahun rasanya tak melihat OGC Nice berjaya di Ligue 1. Gelar liga terakhir mereka terakhir tercipta pada 1959, gelar keempat dalam delapan tahun di masa dominasi terakhir mereka di Prancis.
Pada 2014-15, Nice menyelesaikan musim di posisi 11. Musim lalu terlihat kebangkitan di mana mereka berada di urutan keempat dan lolos ke Liga Europa. Musim ini, mereka diyakini akan menyelesaikan musim di posisi tiga besar, memastikan tempat di Liga Champions musim depan, baik di babak grup atau kualifikasi.
Mario Balotelli (26) mungkin telah mencuri semua berita utama musim ini berkat 13 gol liga. Namun, Manajer Lucien Favre pantas mendapat banyak pujian karena menaruh kepercayaan pada anak muda yang telah bersinar di liga.
Kiper Yoan Cardinale (23) telah memainkan semua laga kecuali dua pertandingan liga. Sementara fleksibilitas Ricardo Pereira (23) dan Dalbert (23) telah memungkinkan Favre untuk menggunakan mereka baik sebagai bek tengah atau bek sayap
Wylan Cyprien (22) yang didatangkan dari klub Ligue 2, Lens masuk ke peran lini tengah. Lantas ada Vincent Koziello (21) yang memiliki akurasi umpan 92 persen.
3. RB Leipzig
Pada 2013-14, RB Leipzig merayakan promosi dari tingkat ketiga ke tingkat kedua sepak bola Jerman. Musim lalu, mereka sukses finis di urutan kedua dan mendapat promosi ke Bundesliga. Tahun ini, mereka menduduki puncak klasemen Bundesliga selama tiga minggu.
Bermain seperti Leicester City menjadi sangat fashionable akhir-akhir ini. Namun klub tersebut belum diterima di sebagian besar lapangan Bundesliga berkat sponsor yang sangat berbeda dengan cara klub-klub yang dikelola komunitas lainnya di negara ini.
Ralph Hasenhuttl datang pada musim panas lalu mengubah skuat Leipzig. Tim tersebut tidak terkalahkan dalam 13 pertandingan pertama yang membuat mereka berada di puncak klasemen sebelum kalah dari FC Ingolstadt dan Bayern Muenchen.
Banyak keberhasilan mereka berkat dari Timo Werner (21) yang telah memimpin mencetak 17 gol sejauh ini di liga. Dia belum meraih hattrick musim ini tapi sangat konsisten. Dia juga pemain termuda di antara 10 pencetak gol terbanyak di Bundesliga musim ini.
Naby Keita (22) di lini tengah dan Marcel Sabitzer (23) menjadi motor serangan. Bernardo (21) di bek kanan juga telah menjadi bagian integral serta Werner Yussuf Poulsen (22) juga tidak dapat diabaikan.
Setelah lolos ke Liga Champions, Leipzig menghirup udara segar di liga. Mereka akan mendapatkan kucuran dana tambahan untuk makin menguatkan tim musim depan.
2. Tottenham Hotspur
Sebelum kedatangan Mauricio Pochettino di White Hart Lane, Tottenham Hotspur hanya nomine saja untuk lolos ke Liga Champions. Mereka selalu terdorong keluar entah itu di akhir musim atau tengah-tengah.
Bermain di Eropa telah cukup banyak membuktikan kualitas Hotspur kepada rival sekota, Arsenal, dalam dua dekade terakhir. Namun Spurs bisa menjadi satu-satunya tim London utara yang bisa bersaing di Liga Champions musim depan. The Lilywhites saat ini berada di posisi kedua di Liga Inggris dan bahkan bisa mengancam Chelsea dalam perebutan juara.
Kekalahan di semifinal Piala FA dari The Blues memastikan satu trofi tidak akan menuju ke White Hart Lane. Tapi Pochettino sekarang dapat fokus ke liga dengan skuat yang telah dibentuk dan asuh selama dua musim terakhir.
Pemimpin pasukan di depan adalah Harry Kane (23) yang kini mencetak setidaknya 20 gol dalam tiga musim berturut-turut di Liga Inggris. Hasil itu menempatkannya di liga yang sama dengan Alan shearer, Thierry Henry dan Ruud van Nistelrooy.
Rekan sejawat alias partnernya, Dele Alli (21) baru-baru ini meraih penghargaan PFA Young Player of the Year untuk tahun kedua. Banyak yang berpendapat dia pantas dinominasikan untuk penghargaan Pemain Terbaik Tahun Ini dengan 16 gol dan lima assist-nya.
Eric Dier (23) juga jadi kartu truf bagi Pochettino. Dia bermain dengan fleksibel di lini pertahanan atau tengah. Belum lagi nama-nama seperti Christian Eriksen (25) dan Son Heung-Min (24). Pemain tertua di XI terbaik mereka adalah kiper Hugo Lloris yang baru berumur 30 tahun.
1. AS Monaco
Sebagian besar masyarakat sepak bola Prancis bersukacita menyusul bangkitnya dua klub untuk menantang Paris Saint-Germain, OGC Nice, dan AS Monaco. Tidak lagi didanai oleh pemilik kaya, Monaco harus mengubah taktik agar sesuai dengan pengeluaran mereka dan Leonardo Jardim adalah orang yang terpilih untuk menerapkan filosofi baru di klub tersebut.
Dia perlu membangun sebuah tim tanpa melonggarkan dompet tebal dan nyatanya itu berhasil. Kedatangan Benjamin Mendy (22) yang dibeli dari Marseille jadi awal. Lalu menyusul Tiemoue Bakayoko (22) yang jadi sentral dengan rataan interceptions tertinggi di liga.
Perannya telah menjadi kunci untuk membebaskan Fabinho (23) dalam serangan. Striker asal Brasil itu memiliki sembilan gol dan empat assist di liga. Thomas Lemar (21) dan Bernardo Silva (22) juga sangat menarik untuk disaksikan. Kelincahan dua pemain ini melengkapi Joao Moutinho di belakang striker.
Akhirnya, di depan ada pemain muda paling menarik Eropa saat ini Kylian Mbappe (18). Remaja tersebut memiliki dunia di kakinya dengan 23 gol di semua kompetisi sejauh ini.
Monaco berada di posisi teratas sejak Ligue 1 kembali setelah liburan musim dingin. PSG memang masih mengintai, tapi pasukan Jardim ini masih memiliki satu pertandingan di tangan. Terlebih lagi, mereka berada di semifinal Liga Champions dan Coupe de France.