Jakarta – Periode 1990-an menjadi surga fans sepakbola Indonesia. Bagaimana tidak, saat itu beberapa liga sepakbola top dunia hadir di layar kaca tanpa membayar sepeser pun!
TVRI sebagai stasiun televisi pertama, (tentu saja) menjadi pionir dalam tayangan langsung sepakbola. TVRI tercatat menayangkan secara rutin kompetisi Liga Inggris yang saat itu berformat Divisi Satu. Setelah itu, di awal 90-an, ketika RCTI mulai muncul sebagai stasiun TV swasta pertama, Liga Inggris pindah tayang ke sana. Betul, meski begitu terkenal dengan Liga Italia-nya, RCTI lebih dulu menayangkan Liga Inggris.
RCTI menayangkan dua kali dalam seminggu yakni setiap hari Sabtu pukul 21.00 WIB dan 22.00 WIB. Pada tahap awalnya, RCTI menyiarkan kompetisi itu sampai tahun 1993 sampai akhirnya hak siar beralih ke SCTV dan ANTV.
Saat itu SCTV mendapatkan jatah siaran Sabtu malam, sementara ANTV menyiarkan pertandingan Minggu malam. Keduanya menayangkan Liga Inggris sampai 1996/97. Setelah itu, SCTV sendirian melanjutkan hak siarnya hingga musim 2000/2001.
Predikat TV Liga Inggris melekat di SCTV mengingat mereka menyiarkannya rutin selama tujuh musim beruntun. TPI (Televisi Pendidikan Indonesia) lantas sempat mengambil hak siar itu mulai tahun 2001/2002, lalu ada TV7 (sekarang Trans7) hingga musim 20067/2007.
Setelah itu, tayangan Liga Inggris menjadi barang mahal setelah TV Berbayar asal Malaysia, Astro, mengambil alih hak ekslusif penayangan selama tiga tahun mulai 2007. Meski perlahan bisa memindahkan kebiasaan menonton dari tv terestrial ke tv berbayar, namun ada juga yang kontra dengan model bisnis seperti ini.
Aora, Indovision, BeIN Sport, hingga kini MolaTV bergantian meniadi pemegang hak siar liga terpopuler. Dengan semakin tingginya harga hak siar, kemampuan tv swasta untuk membelinya pun makin terbatas. Sebelum TVRI untuk tiga tahun ke depan, MNC Group sempat rutin menyiarkan hingga musim 2012/2013.
Periode 1990-an justru Liga Italia Serie A yang lebih dekat dengan gila bola Indonesia. Sebagaimana terjadi di seluruh dunia, Liga Italia sangat lah populer ketika itu.
Liga Italia 90-an begitu identik dengan RCTI, yang memegang hak siarnya sedari 1993 hingga 2002. Kehadiran Rayana Djakarsurya, yang memberikan reportase langsung dari Italia melalui sambungan telepon sebelum pertandingan dimulai, menambah warna dalam tayangan langsung RCTI ketika itu.
Sempat muncul, hilang, dan muncul lagi, Liga Italia kembali menyapa publik Indonesia musim ini. RCTI akhirnya comeback untuk menayangkan Serie A mulai pekan ke-12.
Lalu, bagaimana dengan LaLiga atau Bundesliga? Sejak dulu, kedua liga ini memang kurang dekat dengan orang Indonesia.
Memang sempat ada RCTI yang menayangkan LaLiga dan Bundesliga, lalu SCTV serta Trans TV juga menyiarkan LaLiga. Tapi tak ada yang mampu bertahan lama.
Tak cuma liga-liga top Eropa, stasiun TV lokal pun rutin menayangkan kompetisi Liga Champions. RCTI memulainya pada paruh kedua 90-an. Maka kemenangan dramatis Manchester United atas Bayern Munich di final 1999 bisa disaksikan langsung pencinta bola di Indonesia.
Harga hak siar yang lebih murah jadi alasan mengapa Liga Champions dan Liga Europa (Piala UEFA) masih rutin ditayangkan. Selain itu, turnamen seperti Piala Dunia dan Piala Eropa juga rutin ditayangkan oleh stasiun TV Swasta di Indonesia.
Bicara soal liga-liga Eropa tak lengkap jika tak membicarakan Liga Indonesia. Liga Indonesia yang kerap berubah format dan titel kompetisi karena sponsor, masih jadi tontonan seksi meski dirundung banyak masalah. TVRI menjadi stasiun televisi pertama yang menayangkan Liga Indonesia kala itu. Hak siarnya kemudian berpindah ke beberapa stasiun televisi.