CUMA selangkah lagi Juventus bisa menambah superioritas mereka dalam perjalanan panjang sejarah sepak bola Italia. Meskipun itu juga berarti menambah jemu gelaran Liga Italia setiap tahunnya dengan sosok juara yang itu-itu saja.
Hanya butuh satu kemenangan di tiga laga tersisa Liga Italia musim ini untuk Bianconeri memastikan diri memperoleh scudetto. Satu kemenangan, di atas hitungan matematika, mestinya tak terlalu sulit diperoleh Juventus .
Di tiga laga tersisa, Juventus bahkan berpeluang mengunci gelar juara di kandang AS Roma, Senin 15 Mei 2017. Namun, kalaupun saat bertandang ke Stadio Olimpico pesta mesti kembali tertunda, seperti pada laga sebelumnya, dua pertandingan terakhir Liga Italia harusnya sangat mudah dimenangkan.
Dua laga pamungkas itu adalah menghadapi Crotone pada Minggu 21 Mei 2017 dan Bologna pada Senin 29 Mei 2017. Keberadaan dua tim tersebut di papan bawah klasemen sudah menjadi ukuran Juventus harusnya menang mudah. Terlebih Crotone yang sampai pekan ke-35 masih berada di zona degradasi.
Kendala satu-satunya yang dihadapi Juventus datang dari konsentrasi. Pasalnya, selain mengincar scudetto, Bianconeri juga berambisi menjuarai Liga Champions Eropa tahun ini. Oleh karena itu, skuad besutan Massimiliano Allegri harus pandai-pandai menjaga fokus.
”Kami mengincar scudetto, tetapi kami akan fokus dulu untuk lolos ke final Liga Champions. Setelah itu baru memikirkan melawan AS Roma,” kata Allegri seperti dilaporkan Football Italia.
Selain tinggal selangkah mudah menyabet scudetto, Juventus juga berada di posisi yang terbilang tenang. Selisih tujuh poin dengan AS Roma di peringkat dua klasemen masih sangat jauh untuk terkejar. Total 85 poin milik Si Nyonya Tua diperoleh dari 27 kali menang, 4 hasil imbang, dan 4 kali kalah.
Sementara 78 poin milik AS Roma di peringkat dua didapat dari 25 kemenangan, 3 hasil imbang, dan 7 kali kalah. Artinya, AS Roma hanya bisa menikung scudetto jika menang di tiga pertandingan sisa dan pada saat yang sama Juventus kalah di semua pertandingan sisa.
Meskipun demikian, AS Roma enggan menyerah sebelum gelar juara benar-benar dipastikan. Kemenangan telak 1-4 atas AC Milan di kandang lawan pada pekan ke-35 menjadi bekal. Namun, bukan berarti terlampau percaya diri, penyerang Stephan El Shaarawy justru mengingatkan timnya untuk berhati-hati guna menjaga asa.
”Kami harus menunjukkan penampilan yang berbeda saat berhadapan dengan Juventus, ini menentukan,” kata El Shaarawy.
Tak sekadar scudetto
Di sisi lain, jomplangnya jarak poin antara Juventus dan AS Roma justru membuat prosesi memperebutkan peringkat dua Liga Italia terlihat lebih realistis. Pasalnya, di peringkat tiga Napoli hanya minus satu poin dari perolehan AS Roma. Oleh karena itu, secara hitung-hitungan, scudetto sebenarnya hampir sudah dipasrahkan untuk Juventus.
Bagi Juventus sendiri, gelar juara tahun ini tak sekadar scudetto. Jauh lebih mengerikan dari itu, titel juara akan membuat mereka menjadi kampiun Liga Italia enam kali berturut-turut. Jika benar-benar terjadi, Juventus menjadi klub pertama yang melakukannya di daratan Italia. Memecahkan rekor yang juga pernah mereka torehkan pada dekade 1930-an.
Menengok jauh ke belakang, Juventus mengukir sejarah manis dengan menjuarai Liga Italia lima kali berturut-turut. Itu terjadi saat pergelaran liga musim 1930-1931, 1931-1932, 1932-1933, 1933-1934, dan musim 1934-1935.
Lagi, Bianconeri mengulang rekor tersebut dalam pergelaran Liga Italia lima tahun terakhir. Selama rentang musim 2011-2012 sampai 2015-2016 tak ada tim yang mampu menghentikan Juventus menyabet gelar juara.
Prestasi Si Nyonya Tua yang lima kali berturut menjuarai Liga Italia sebenarnya sama dengan capaian dua klub Italia lainnya. Hal serupa pernah dilakukan rival sekota mereka, Torino, dengan menyabet gelar juara Liga Italia lima kali berturut meskipun harus diselingi terhentinya kompetisi. Itu terjadi pada musim 1942-1943, 1945-1946, 1946-1947, 1947-1948, dan 1948-1949. Pada 1944 dan 1945 kompetisi sempat terhenti karena Perang Dunia II.
Lima gelar juara beruntun juga ditorehkan Inter Milan di rentang musim 2005-2006 sampai musim 2009-2010. Gelar pada musim 2005-2006 merupakan hadiah kejutan karena scudetto Juventus dicabut terkait dengan skandal Calciopoli.
Karena itu pula jika musim ini Juventus kembali berhasil meraih scudetto, bukan hanya sejarah bagi Bianconeri melainkan catatan penting dalam perjalanan sepak bola bangsa Italia. Enam kali berturut-turut menjadi juara Liga Italia adalah capaian pertama kali terjadi yang menandinginya di masa mendatang pun mesti dilakukan setengah mati.
Jika berhasil diraih, capaian tersebut hanya bisa dibandingkan dengan prestasi klub liga tetangga di daratan Eropa. Olimpique Lyonnais sudah lebih dulu menegaskan rekor fantastis dengan juara tujuh kali berturut-turut di Prancis, terhitung musim 2001-2002 sampai 2007-2008.
Sementara di liga lainnya, torehan yang diperoleh masih terbilang sama. Di Liga Spanyol, Real Madrid juara lima kali berturut-turut pada dua rentang waktu, yakni tahun 1960 sampai 1965 dan 1985 sampai 1990. Bahkan di Liga Jerman yang jumlah raihan juaranya terkesan amat didominasi dan timpang, Bayern Muenchen hanya bisa meraihnya secara beruntun dalam empat tahun dan itu terjadi dalam empat tahun terakhir.