Kehadiran Pep Guardiola membawa gairah yang sangat besar di kubu Manchester City musim ini. Suporter mereka membayangkan City akan memperagakan sepak bola indah ala tiki-taka yang pernah diperagakan Barcelona dan Bayern Munchen ketika ditangani pelatih asal Spanyol itu.
Pada pekan-pekan awal, Guardiola mampu menjawab keinginan suporter City dengan 10 kemenangan beruntun di semua kompetisi, 6 di antaranya di Liga Primer Inggris. Mereka juga berhasil memuncaki klasemen liga dengan membuka jarak 6 angka dari para pesaingnya hingga pekan keenam itu.
Bulan madu Guardiola dengan City mulai memudar sejak sebulan terakhir. Dimulai dari hasil imbang melawan Celtic, Guardiola membuat rekor terburuk dalam karirnya dengan 6 laga tanpa kemenangan.
Hasil itu membuat banyak kalangan menilai strategi tiki-taka ala Guardiola tak cocok di Liga Inggris. Berbagai teori dan pendapat dikemukakan para pengamat, namun pemain City seperti Kevin de Bruyne membela bosnya dengan menyatakan bahwa cara bermain mereka sudah benar.
Ucapan De Bruyne itu tampak menemukan pembuktian ketika mereka mampu membuat 2 kemenangan beruntun. Mereka menang 4-0 atas West Bromwich Albion serta bungkam tim kuat Barcelona di ajang Liga Champions dengan skor yang sangat meyakinkan, 3-1.
Tetapi hasil imbang 1-1 melawan Middlesbrough akhir pekan lalu membuat keyakinan bahwa Guardiola telah berhasil menemuan racikan tiki-taka yang pas di Manchester City kembali memudar. Apalagi hasil itu membuat mereka turun dari puncak klasemen Liga Primer Inggris.
Keyakinan bahwa strategi tiki-taka tak cocok diterapkan di Manchester City akan semakin kuat jika kita menilik statistik 11 laga Liga Premier Inggris yang ada. Manchester City ternyata tak memiliki modal yang cukup kuat untuk memperagakan sepak bola yang mengandalkan penguasaan bola dan umpan dari kaki ke kaki ala Guardiola.
Secara statistik, para pemain City ternyata memiliki rata-rata akurasi umpan yang tak terlalu baik untuk ukuran Liga Primer Inggris. Dari 50 pemain dengan akurasi umpan terbaik, Manchester City hanya menempatkan 4 pemain saja. Keempat pemain itu adalah Ilkay Gundogan, John Stones, Fernandinho, dan David Silva.
Jika dibandingkan dengan tiga tim teratas saat ini – Liverpool, Chelsea dan Arsenal – Manchester City memang hanya kalah tipis. Arsenal menempatkan 6 pemain dalam daftar pengumpan berakurasi terbaik sementara Chelsea memiliki 5 pemain dan Liverpool dengan 4 pemain.
Namun jika dilihat secara lebih jauh, pemain Arsenal, Liverpool dan Chelsea jauh lebih banyak melepaskan umpan yang berbahaya ketimbang para pemain Manchester City.
Misalnya trio Phillipe Coutinho, Adam Lallana, dan Roberto Firminho. Mereka saat ini telah mengemas 13 assist, lebih banyak ketimbang Kevin de Bruyne dan Kelechi Iheanacho yang masuk dalam daftar 10 pemain pemberi assist terbanyak dengan torehan total 9 assist.
Masalah umpan-umpan kunci menjadi sangat penting bagi strategi tiki-taka ala Guardiola. Dia memiliki Andres Iniesta, Xavi Hernandez, Lionel Messi, hingga Dani Alves ketika masih menangani Barcelona. Dia juga memiliki Thomas Mueller, Thiago Alcantara, Xavi Alonso, hingga David Alaba yang sangat piawai melepaskan umpan-umpan berbahaya ketika di Bayern Munchen.
Dengan data seperti itu, tentu saja Guardiola memiliki pekerjaan yang sangat berat jika ingin tetap memainkan strategi tiki-taka yang sudah melekat dengan dirinya. Dia harus mencari cara untuk meningkatkan akurasi umpan para pemainnya dan juga harus membuat para pemain City untuk lebih sering membuat peluang dengan melepaskan umpan-umpan mematikan di lini belakang lawan