Beritabolamix. Disuatu malam yang dingin, aku sengaja menghabiskan waktu untuk bermesraan bersama istriku, kami berdua duduk bersama dengan posisi istri berada di pangkuan, aku menyentuh rambutnya dan tanganku bergerak ke leher istriku, istri melenguh, tangannya mencari dan mencoba meraih penis yang sudah tegang keluar celanaku. Tangan kanan Ridwan kemudian bergerak turun dari leher ke arah pinggul, istriku bergeser turun dari pangkuanku, menarik pahanya, sehingga otomatis dasternya terangkat. Ternyata istriku tidak menggunakan CD.
Dengan istri, aku harus mendapatkan kepuasan, tetapi sebagai laki – laki normal, aku juga memiliki fantasi melakukan hubungan sex dengan wanita lain. Aku akan sangat bersemangat dengan seorang wanita yang kurus, tinggi, ramping dan memiliki buah dada yang tidak terlalu besar, Itulah gambaran wanita idaman Ridwan. Menjelang Hari Valentine, aku teringat kejadian 5 tahun yang lalu, dan akan mencoba untuk menuangkan dalam sebuah tulisan:
Antara 1997 – 1998 aku diberi tugas belajar di Surabaya. Kota Surabaya sangat tidak asing bagiku karena di sanalah aku dilahirkan dan dibesarkan. Aku memutuskan untuk tinggal di asrama karena aku tidak ingin merepotkan kerabatku, toh juga hanya 6 bulan?.
Setelah sampai di asrama aku langsung berusaha menata pakaian – pakaianku ke almari dan buku – buku yang aku bawa terlihat masih sangat berantakan, sungguh aku memerlukan semangat pendorong untuk melakukan pekerjaan yang melelahkan ini. Akhirnya aku pun melakukan masturbasi. Dalam pikiranku,
“Aku tidak bisa seperti ini terus.. aku memerlukan seseorang yang dapat memenuhi nafsu dan gairah sex ku”.
Keesokan harinya aku berusaha mencari teman – teman lamaku yang dulu ada di kota ini, satu – persatu mereka aku telepon. Singkatnya, ternyata aku telah kehilangan kontak dengan mereka, nomor – nomor ponsel mereka sudah tidak aktif. Hanya ada satu yang masih aktif, dia adalah Anin, umurny lebih tua dariku, Anin sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Dulu kami pernah dekat, sering bersama saat belajar kelompok.
Anin keturunan chinese, cukup tinggi untuk seorang wanita, berkulit putih bersih dan berdada rata.
Awalnya kita berdua hanya melakukan telepon satu sama lain, berdiskusi, makan dan pergi bersama, sampai suatu hari ( pada pertengahan bulan Februari ) dia menelponku sambil menangis tersedu – sedu dan dia mengatakan ingin bertemu denganku.
“Mas, bisa gak kita ketemuan, aku ingin cerita”.
” Bisa, baiklah kita bertemu di tempat biasa”.
Dengan mobil Lancer th 83”an aku pergi menemuinya, setelah bertemu Anin mengajakku pergi kerumahnya.
“Ak tidak bisa melakukan ini, aku tidak ingin membuat suasana keruh bersama suamimu”, ucapku kepada Anin.
“Tidak apa – apa, ayo pergi bersamaku”, ucap Anin.
Dalam perjalanan kami berbicara macam – macam mulai ilmiah, politik, sampai hal – hal yang kotor.
“Mas, kapan kamu akan pergi ke Jakarta?” Dia bertanya ( jadwal aku untuk pulang ke rumah setiap bulan ).
“Minggu depan, emang knapa?” Tanyaku kembali.
“Tidak apa – apa sih, pengin nanya aja”.
“Masak sih cuma pengin nanya saja, …. …. Pengin yang lain – lain kan, pengin nyoba?”, jawabku.
“Hehehehe dasar ngeress aja yang ada dipikiran mas..” Setelah sampai ke tempat tujuan, di sebuah rumah yang tidak aku ketahui, Anin membuka pintu.
“Ini rumah siapa ????? Serambi kotor… penuh debu, kaya beberapa hari tidak disapu, kebangetan deh.” Tanyaku heran.
Ini rumah orang tuaku, kemarin abis dikontrakin, seminggu sekali aku kesini dan membersihkannya”, jawabnya sambil masuk ke rumah gak terawat tersebut.
“Sebentar ya, aku mau masukin mobil dan segera kembali lagi…”
Dalam pikiranku, Meskipun teras penuh debu kotor, namun rumah ini gak pengap… …. Cukup nyaman, gairahsex.com furniturnya juga masih bagus,. Anin mempersilahkanku duduk, sementara dia menyaapu teras depan rumah tersebut.
“Anggap aja rumah sendiri mas, gak usah sungkan… .. Aku mau bersih – bersih bentar,” katanya.
“Iya, ini rasanya udah kayak dirumah sendiri bersama istri sendiri,” kataku sedikit menggodanya.
“Terserah deh, eh aku mau mandi dulu?” ucap Anin.
Otakku dipenuhi pikiran ngeres, ngebayangin lekukan payudara Anin yang terlihat jelas dibalik baju transparan yang dikenakannya sehingga putingya terlihat sedikit menyembul.
Ngomong – ngomong ada apa memintaku datang ke tempat ini? Apakah kamu punya masalah yang serius, masalah apa itu?” Aku bertanya lebih lanjut tanpa basa – basi, ia pindah tempat duduk kesebelahku
“Masalah keluarga mas…”, Katanya.
“Apakah itu tentang seks?” Aku bercanda dengannya.
“Ah kamu tetep aja kaya dulu mas, sableng, dan tidak jauh dari yang gitu – gituan”… … Tapi ada benernya sih … .. Meskipun tidak secara langsung,” jawabnya.
Kemudian Anin bercerita panjang lebar, intinya adalah rasa tidak puas, sikap otoriter suaminya dan selalu disalahkan ketika ada ketidaksepakatan dengan pada suatu masalah.
“Aku bener – bener sudah capek, Mas Sony suamiku selalu berpihak sama ibunya, ketika aku mencoba menjawab persoalan dengan mertua, justru mertuaku mengomel habis – habisan”. Terisak ia mengakhiri kisahnya.
Ketika aku memegang tangannya, dia hanya terdiam, kemudian berkata lembut
“Bolehkah aku bersandar di dadamu mas?”. Aku mengangguk dan cepat – cepat meraih dan membelai lembut rambut sebahunya.
Aku mencium keningnya dengan lembut, Anin mendongak dan berbisik pelan
“Mas, aku membutuhkan dukungan, kasih sayang dan belaian mesra.”
Pada saat itu aku merasa hanyut dengan situasi yang diciptakannya, sehingga tanpa merasa canggung aku mencium matanya, kemudian hidungnya, Anin menngeliat sehingga bibir kami bertemu. Anin berdiri dan berkata pelan sambil memelukku,
“pegang erat – erat, aku milikmu sekarang”.
Dengan lembut aku mencium bibirnya lagi. Kami berpelukan seperti sepasang kekasih yang baru bertemu setelah berpisah lama dengan segunung kerinduan. Setelah itu kami berdua kembali duduk.
Dengan posisi Anin duduk di pangkuan, aku terus menyentuh rambutnya dan bergerak tanganku di lehernya, Anin melenguh, tangannya mencari dan mencoba meraih penis yang sudah tegang keluar celanaku.
Tangan kananku kemudian bergerak dari leher ke arah pinggul, Anin bergeser turun dari pangkuanku, menarik pahanya, gairah sex.com otomatis dasternya terangkat. Kamu tahu apa?, Ternyata Anin tidak menggunakan CD.
“Aku sudah enggak tahan mas, … … … .. lakukan sekarang bisiknya. Segera aku menjilati merah muda mecky indah dengan sedikit rambut namun panjang – panjang, aku basahin dan sibakkan bulu – bulu halus dengan lidahku sambil sesekali menyentuh klitorisnya .
“Ahhh, mas … … … … … …. … … … .. Aku ingin, kamu masukan sekarang “… … … … … … …. Tangannya berusaha membuka celanaku dan memegang penisku.
“Tapi aku gak nyaman di sini” Ucapku sambil memandangi ruang – ruang disekitar ruang tamu ini.
“Ya udah, yuk kita pindah ruangan di dalam”, katanya berdiri dan mengunci ruang tamu tempat kami melakukan pemanasan tadi.
“Siapa takut … …”, Dia tersenyum dan berjalan sambil membuka daster tipisnya, aku mengikuti dari belakang, tubuhnya begitu indah … … .. halus seperti marmer.
Kami masuk ke sebuah kamar tidur berukuran 5 x 6 meter dan cukup mewah. Yang lebih istimewa adalah adanya cermin besar ( mungkin ukurannya 3 x 2, 5 meter ) di depan tempat tidur. Anin memelukku di depan cermin dan dengan cekatan membuka kemeja, celana dan CD ku. Begitu indah dan erotis, gerakan – gerakan yang kami lakukan terlihat pada cermin itu.
Segera penisku mencuat keras seolah-olah sukacita karena melihat kebebasan. Aku memenuhi semua haus akan hasrat ini, kami menggosok dan saling berciuman. Setelah beberapa saat menyentuh dan disentuh, tubuh Anin yang indah menggeliat di tempat tidur sedang menunggu untuk di eksekusi. Aku melanjutkan kegiatanku yang ditangguhkan sebelumnya, berharap bahwa dia akan Mengerti apa yang aku inginkan.
Dia seperti mendengar apa yang sedang aku pikirkan, Anin pun segera berbalik dan memposisikan diri pada posisi 69 …. dia langsung mengulum penisku yang sedang menegang kencang, tanpa rasa ragu dan takut Anin berperang melawan penis ukuran diameter 2,5 sampai 3,5 cm dan panjang 15 – 18 cm. Ahhh … Aku mendesah menikmati kuluman dan hisapan lembut bibir Anin… … …
“Kamu benar – benar sangat pintar memuskan lelaki Nin”, aku memujinya, sementara dia masih tetap sibuk menghisap penisku.
Kemudian Anin membasahi meckynya sendiri dengan air liurnya, Anin terlihat sangat antusiasme.
“Ohh, mas … … … … … … … .. ayo … … ….” ia bangkit dan jongkok di atas miniatur monasku … ….
Dicapai dan diarahkan penisku ke lubang senggamanya, kemudian ia menggoyangnya naik dan turun dan menggigit dengan bibir meckynya. Aku memegang payudara mungil dan meremasnya dengan perlahan, kemudian setelah 3 menit, Anin ingin aku mendekap erat tubuhnya … Anin tampaknya telah mencapai orgasme ketika ia menunggangiku … … ..
Aku membalikkan tubuh dengan posisi penis masih tertanam. Anin membantu membuka lebar – lebar gerbang surgawinya dengan diangkat kedua pahanya ke atas. Aku mundur kemudian penisku ke depan, dengan irama kocokan 5X dalam dan 1X ringan akhirnya berhasil ditembus lebih maksimal,
“Mas …. , Mmmmhhhhhh, Lebih … … … …. Keras … ….”, Dia mengoceh gak karuan … … ….
“Ini sudah sampai aku berkata, “… .. Anin tertawa … .. sehingga otot – otot vaginanya berdenyut berpartisipasi ritme tertawanya … …. ,
Aku mendorong tubuh Anin ke ujung tempat tidur, dan menekan penisku semakin dalam. Anin berteriak histeris menikmati gaya permainanku, tangannya menarik – narik pinggulku seakan menikmati penisku yang sedang bergoyang mengganyang lubang kemaluannya … ….
“Aku mau sampai Nin… … ….” dia tidak sempat mengatakan bahwa, aku jangan mengeluarkan sperma ke dalam rahimnya … … dan, AAaahhgghh … … aku kehilangan ingatanku, aku merasa melayang diatas awan untuk beberapa saat… … Anin juga tampaknya telah mencapai orgasme untuk kedua kalinya.
Kami bercanda dan mengobrol di tempat tidur setelah pertempuran melelahkan sebelumnya dapat diselesaikan dengan penuh gairah.
“Kamu sudah kebangetan deh Nin?”..
“Maaf mas, aku tidak bisa menahan tertawa ketika kamu mengatakan aku sudah mau sampai”
“Hehehehe emangnya sudah sampai mana, sampai pasar?”, katanya.
“Udah ah, yok mandi bareng – bareng”, katanya sambil menciumku manja.
Setelah peristiwa itu, kami semakin sering bertemu dan ML di tempat – tempat dimanapun asal memungkinkan, sampai aku menyelesaikan tugas belajar yang aku jalani.