Cristiano Ronaldo memasang wajah cemberut, lalu marah-marah. Semua karena Zinedine Zidane, sang bos, menariknya dari lapangan. Padahal waktu pertandingan masih panjang. Ada 19 menit yang tersisa. Tapi manajer gundul itu berkukuh pada keputusannya: Cristiano Ronaldo out.
Ronaldo pantas merasa kecewa. Bukan saja setelah ia ditarik Madrid kebobolan sehingga hanya bermain imbang 2-2 melawan tuan rumah Las Palmas, tapi ini juga merupakan “aib” pertamanya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah perjalanannya bersama Madrid, yang memasuki musim kedelapan, ia ditarik keluar oleh pelatih dengan dalih untuk memuluskan taktik yang dijalankannya.
Biasanya, kalaupun Ronaldo diganti, cedera menjadi penyebabnya. Tapi kali ini berbeda. “Kalaupun ia harus diganti, bukan karena Ronaldo bermain buruk. Saya ingin dia bermain pada Selasa nanti dalam keadaan fresh,” katanya. “Seperti pemain lainnya, dia bermain bagus. Tapi saya harus berpikir untuk Selasa mendatang.”
Selasa malam waktu Dortmund, atau besok dinihari, Los Blancos, sang juara bertahan Liga Champions, punya target besar, yakni berkunjung ke Signal Iduna Park untuk meladeni perlawanan tuan rumah Borussia Dortmund, yang sama-sama berada di Grup F.
Jelas Dortmund bukan lawan mudah. Apalagi, selain bermain di kandang, klub asuhan Thomas Tuchel ini sedang berada dalam performa terbaiknya. Kemenangan atas Freiburg 3-1 dalam kompetisi Bundesliga membuat mereka mencetak rekor yahud, yakni tak terkalahkan dalam 24 pertandingan di kandang secara beruntun. Prestasi tersebut pernah mereka capai pada musim 1965/1966, 2001/2001, serta 2002/2003.
Adapun di Liga Champions, Dortmund membuka pertandingan dengan mencetak kemenangan 6-0 atas Legia Warsawa. Madrid sendiri mengawali langkahnya dengan menang susah-payah atas Sporting Lisbon, 2-1. Tak pelak, tak ada lagi kompromi. Bila ingin lancar ke babak berikutnya, mereka harus menang atas tuan rumah Dortmund. Alasan itulah yang membuat Zidane mengistirahatkan sang bintang.
Baca: Siaran Langsung Liga Champions Malam Ini, Ada Dortmund Vs Real Madrid
Namun langkah Zidane itu justru dipandang berbeda oleh media di Spanyol. Menurut kolumnis koran AS, Tomas Roncero, justru telah terjadi sesuatu pada Ronaldo. “Menyedihkan sekali melihat Ronaldo bermain buruk. Ia juga lambat dan jelek dalam eksekusi,” ujar dia. “Seperti melihat tanda-tanda buruk pada anaknya, Zidane berlaku seperti seorang ayah. Ia menariknya keluar.”
Roncero tak asal bicara. Statistik menyajikan fakta yang menguatkan pendapatnya. Dibanding penampilan Ronaldo sebelumnya, pada awal musim ini sang pemain memulai kompetisi dengan buruk. Saat La Liga sudah berputar hingga pekan ke-7, ia baru mencetak satu gol. Jauh dari kelas seorang pichichi atau pencetak gol terbanyak.
Padahal, sepanjang bermain di La Liga, catatan terburuknya terjadi pada musim 2010/2011, saat ia hanya mencetak tiga gol dalam enam pertandingan. Setelah itu, Ronaldo selalu mencetak lebih lima gol pada awal musim. Bahkan, pada dua musim lalu, ia mencetak 10 gol dalam enam pertandingan awal.
Catatan buruk Ronaldo ini tak berbeda dengan saat ia masih berada di Manchester United. Pada musim terakhirnya di Liga Inggris, yakni 2008/2009, ia pun hanya membuat satu gol dalam enam laga awal.
Apakah ini—memasuki usia 31 tahun—pertanda sinar Ronaldo mulai redup? Terlalu pagi. Namun, yang jelas, ia baru saja pulih dari cedera yang dideritanya di Piala Eropa, ketika ia ditabrak Dimitri Payet.
Itu pula yang membuat sang ibu, Dolores Aveiro, meminta anaknya tidak menyerah. “Jangan pernah menundukkan kepalamu,” demikian tulisannya di Twitter.
Nah, di Signal Iduna Park, Ronaldo harus membuktikan bahwa tanda-tanda penurunannya hanyalah omong-kosong.