PSSI Tindak Tegas Para Pelaku Sepak Bola Gajah
infomixbola.com – Rapat Komite Eksekutif (Exco) PSSI memberikan ‘pengampunan’ terhadap sejumlah klub yang dianggap bermasalah. Namun, tidak bagi klub dan pemain yang terlibat dalam insiden Sepak Bola Gajah.
PSSI memulihkan status tujuh klub yang dianggap sempat tampil di breakaway league(kompetisi ilegal). Mereka adalah Persebaya Surbaya, Persema Malang, Arema Indonesia, Persewangi Banyuwangi, Persibo Bojonegoro, Lampung FC, dan Persipasi Bekasi.
Ketujuh klub tersebut berhak tampil di Divisi Utama pada kompetisi resmi yang rencananya digulirkan kembali pada tahun 2017. Sementara sanksi bagi pelaku Sepak Bola Gajah tidak berubah.
“Sanksi terhadap pelaku Sepak Bola Gajah tidak berubah. Selain untuk memberikan efek jera, sanksi tegas tersebut harus tetap dilanjutkan sebagai bukti sepak bola Indonesia tidak main-main dengan match fixing,” kata anggota Exco PSSI, Tonny Aprilani.
“Kalau kami kurangi hukumannya, nanti akan menimbulkan preseden buruk kepada FIFA dan AFC kalau sepak bola Indonesia tidak sungguh-sungguh memerangi mafia sepak bola.”
Istilah Sepak Bola Gajah mendadak populer disematkan kepada PSS Sleman dan PSIS Semarang yang sengaja merekayasa hasil pertandingan pada 26 Oktober 2014.
Dalam laga pada babak delapan besar Divisi Utama itu, PSS menang 3-2 atas PSIS. Tapi, kelima gol tersebut tercipta lewat aksi bunuh diri. Pasalnya, kedua tim itu justru berusaha kalah karena ingin menghindari Borneo Pusamania FC di babak semifinal.
Komisi Disiplin PSSI kemudian memberikan hukuman berat larangan berkecimpung di sepak bola seumur hidup bagi setiap individu yang terlibat.
Dari kubu PSS Sleman, pelatih Heri Kiswanto bersama Direktur Operasional PT PSS Rumadi dan Eri Febriyanto (sekretaris tim) dilarang aktif di sepak bola Tanah Air seumur hidup.
Tidak hanya pelatih dan tim ofisial, tiga pemain Elang Jawa yaitu Riyana, Agus Setiawan, dan Hermawan Putra Jati turut diganjar sanksi yang sama. Manajer tim Suparjiono pun dijerat hukuman yang setara.
Sementara dari kubu PSIS, manajer PSIS Wahyu Winarto dan pelatih PSIS Eko Riyadi, dihukum larangan beraktivitas di sepak bola seumur hidup. Mereka juga harus membayar denda Rp200 juta.
Wahyu disebut sebagai sosok yang memerintahkan untuk membalas gol ke gawang sendiri. Sedangkan pelatih PSIS tidak berminat melakukan pencegahan.
Adapun asisten pelatih Setiawan dan Budi Cipto dilarang beraktivitas sepak bola selama 10 tahun dan denda Rp150 juta. Mereka juga dianggap tak melakukan upaya pencegahan.
Selain itu, ada empat pemain PSIS, yaitu Catur Adi Nugroho, Komaedi, Fadli Manna, dan Saptono, yang juga disanksi larangan bermain sepak bola seumur hidup beserta denda Rp100 juta.