infomixbola.com – Satu langkah lagi. Hanya butuh satu langkah lagi dan nama Jan Oblak akan terukir di prasasti rekor La Liga Spanyol. Pekan lalu, ia menjadi penjaga gawang dengan clean sheet terbanyak (23) dalam sejarah Atletico Madrid. Jika pekan depan dan pekan selanjutnya ia tak lagi kebobolan, ia bakal menjadi penjaga gawang dengan catatan kebobolan paling sedikit dalam semusim La Liga.
Pantas diingat sebelumnya, awal karier Oblak di Atletico bukanlah kisah yang diimpikan oleh semua pesepakbola. Rentetan blunder dilakukannya ketika Atletico kalah 3-2 dari Olympiakos, kemudian cedera memaksanya absen cukup lama. Para pengamat pun menilai uang sebesar €16 juta yang dikeluarkan oleh Rojiblancos adalah mubazir.
Tak disangka, musim 2015/16 menjadi momen penebusan sang penjaga gawang Slovenia. Semula Oblak hanya dimainkan untuk menggantikan Miguel Moya yang cedera, tapi performanya terus menanjak. Ia secara konsisten melakukan penyelamatan krusial dan makin jarang melakukan kesalahan. Performa gemilang itu terejawantahkan dalam 33 clean sheet selama 48 laga di semua kompetisi.
Sudah pasti kemajuan signifikan ini tidak hadir dengan instan layaknya kelinci dari topi pesulap. Bukan pula rekor yang muncul dengan mengucap ‘Abrakadabra’. Namun tetap ada rahasia di balik kesuksesan Oblak dan rekan-rekan Atletico tentu tahu apa yang dilakukan eks penjaga gawang Benfica itu sepanjang kariernya.
Rahasia utama kesuksesan Jan Oblak adalah kerja kerasnya. Walau sempat tampil mengecewakan, ia mampu bangkit dan meningkatkan performanya tahap demi tahap. Hal ini ternyata sudah mendarah daging dalam diri Oblak sebagaimana diakui oleh rekan-rekan dan pelatih nya di Olimpija Ljubljana, tempatnya merintis karier sepakbola.
Fernando Abreu, mantan rekan timnya di Olimpija, mengakui hal itu dan sedikit berbagi cerita tentang sang pemuda yang bekerja keras sejak remaja. “BMW adalah rekan kerja Olimpija Ljubljana, jadi mereka meminjamkan sekitar 15 mobil untuk skuat,” ungkap Abreu. “Namun Oblak, yang masih sangat muda, tidak boleh menyetir sehingga ia harus mengendarai sepeda ke tempat latihan setiap hari.”
Hal senada juga disampaikan oleh Andrej Kračman yang menyebut Oblak sebagai penjaga gawang yang “gila kerja dan jarang bicara saat latihan”. Karakter itu terbawa sampai ke Vicente Calderon dan Diego Simeone yang “percaya pada kerja dan keras kepala” ikut memuji sang penjaga gawang Slovenia.
“Saya selalu memujinya atas komitmen dan kerja keras, terutama cara ia mendapatkan tempatnya di tim ini. Ia datang, tidak bermain sejak awal, dan cedera. Moya bermain bagus sehingga ia menunggu gilirannya sambil bekerja keras – biasanya ketika Anda bekerja keras, Anda akan mendapatkan bayarannya. Ia memenangkan posisinya di tim ini dan kami turut senang bersamanya. Ia punya masa depan yang cerah,” ungkap Simeone terkait kerja keras Oblak.
Tidak hanya bekerja keras saat latihan, karakter Oblak terlihat pula dari prosesnya belajar bahasa Spanyol. Sejak fasih menggunakan bahasa Spanyol, kiper 23 tahun itu makin pandai mengatur area kotak penalti. Kombinasi dengan Diego Godin dan Jose Maria Gimenez dalam bertahan pun berpotensi memecahkan rekor kebobolan paling sedikit dalam semusim La Liga.
Dalam 69 laga, mantan kiper Benfica itu sudah mencatatkan 41 clean sheet. Musim ini saja ia hanya kebobolan 16 gol dalam 36 pertandingan (rata-rata 0,44 gol per laga) La Liga. Ia selangkah lebih dekat untuk memecahkan rekor Paco Liano yang hanya kebobolan 18 gol dalam 38 pertandingan (rerata 0,47 gol per laga). Jika mampu mempertahankan rekor itu di dua laga tersisa, Oblak bakal menjadi pemecah rekor baru La Liga.
Terlalu bagus untuk pemain yang digosipkan bakal dijual musim panas lalu, bukan?
Terlepas dari keuletan Oblak, faktor Diego Simeone patut diperhatikan. Penjaga gawang Slovenia tersebut sudah pasti mengalami perkembangan pesat dan sangat jarang melakukan kesalahan. Konsistensi sebagai buah dari kerja keras pun memengaruhinya. Adapun prestasi itu tetap tidak bisa lepas dari “lingkungan” yang diciptakan oleh El Cholo.
Simeone menerapkan taktik brilian (umumnya 4-4-2 atau 4-1-4-1) yang membuat gawangnya sulit dibobol dan didukung oleh konsistensi Oblak, Atletico menjadi klub dengan pertahanan terbaik di Eropa. Tentu saja taktik yang dimaksud adalah pressing ketat di lini depan, lini tengah, dan lini belakang. Pertahanan Atletico dimulai dari lini depan, di mana mereka berusaha merebut bola dan mencetak gol secepat mungkin.
Di lini tengah, Atletico tetap mempertahankan pressing ketat yang menutup ruang pemain lawan. Adapun dibandingkan dengan lini depan, sektor ini lebih terstruktur dalam menekan dan sering kali menyudutkan lawan ke titik yang tidak berbahaya. Para gelandang akan menutup ruang di tengah sehingga pemain lawan secara terpaksa melebarkan permainan.
Dengan kekompakan prassing yang dilengkapi penjagaan satu lawan satu, Rojiblancos menjadi lawan yang merepotkan. Para pemain mampu menempatkan tubuh mereka di ruang yang tepat sehingga lawan menemui jalur buntu. Mereka melakukan tekel hanya di saat yang tepat dan mereka tahu kapan harus merebut bola dari kaki lawan.
Lini belakang tak kalah seram. Mirip dengan pressing lini tengah, Atletico akan menjaga struktur pertahanan sembari menutup ruang gerak lawan yang membawa bola. Sebagaimana terlihat ketika menghadapi Bayern Munich, Gabi dkk memaksa lawannya untuk terus menggerakkan bola tanpa sempat mencari celah di pertahanan mereka.
Kombinasi pertahanan terstruktur dan pressing intensif ini sudah pasti sangat memanjakan Oblak. Tak peduli sehebat apa pun daya gedor lawan, kalau tidak mendapat ruang yang luas, tembakannya pasti terbaca. Oblak memanfaatkan situasi ini dengan sempurna dan melakukan penyelamatan-penyelamatan “terbaca” itu di momen yang tepat. Alhasil, Atletico menjadi tim dengan pertahanan terbaik di Eropa.
Rekor yang dipecahkan oleh Oblak memang tak lepas dari buah kerja kerasnya. Sedikit lagi, ia berpotensi memecahkan rekor La Liga. Adapun karakter sang pemuda bukanlah satu-satunya kunci kesuksesan. Perlu diingat, ia dipimpin oleh seorang pelatih genius, Diego Simeone, yang menciptakan “lingkungan bermain” tempat ia bisa beraksi dan bertumbuh sebagai penjaga gawang kelas dunia.